Alat Terapi Pengapuran Tulang yang Terbukti Secara Medis
Sebelum membahas mengenai alat terapi pengapuran, kita harus satu persepsi dulu mengenai apa itu pengapuran. Pengapuran dalam bahasa medis disebut osteoarthritis atau disingkat OA. Sederhananya, pengapuran adalah suatu kondisi terkikisnya tulang rawan pada sendi. Sendi mana aja Dok? Bisa dimanapun, tapi paling sering terjadi pada sendi yang menahan beban, contohnya lutut, panggul, atau tulang belakang.
Pengapuran ini berbeda dengan pengeroposan yang dalam istilah medisnya disebut osteoporosis. Bila pengapuran adalah terkikisnya tulang rawan atau kartilago sendi, maka pengeroposan adalah berkurangnya kepadatan tulang. Iklan susu Anlene yang sering muncul di TV adalah untuk pengeroposan, bukan pengapuran, karena susu banyak mengandung kalsium yang dibutuhkan untuk menambah kepadatan tulang. Nutrisi dan suplemen untuk pengapuran akan saya bahas di artikel lain karena terlalu panjang jika dijelaskan di sini. Saya menyinggung hal ini karena biasanya pasien mengaitkan pengapuran dengan kurang minum susu yang sebenarnya salah. Mudah-mudahan jadi lebih paham dan sekarang tidak salah persepsi lagi ya ketika membahas pengapuran.
Lalu apa saja alat terapi pengapuran tulang? Saat ini, sebenarnya sudah banyak sekali alat untuk terapi pengapuran, namun tidak semua terbukti secara medis. Jika saya bicara alat, berarti sekarang saya tidak sedang bicara obat minum, terapi injeksi, atau latihan fisik (exercise) ya. Sederhananya, saya sedang bicara alat yang tinggal dipakaikan ke Bapak/Ibu di poli rehabilitasi medik oleh Sp.K.F.R. atau fisioterapis tanpa suntik-suntik. Sebenarnya saya pribadi percaya latihan penguatan otot adalah obat terbaik untuk OA, tapi itu akan saya bahas di artikel lain karena kita sekarang akan fokus membahas mengenai alat terapi dulu.
Berdasarkan pengalaman dan bukti medis, salah satu alat terapi terbaik untuk OA saat ini adalah terapi laser. Sebuah meta-analisis (semacam rangkuman penelitian yang level buktinya sudah paling tinggi dan valid) oleh Ahmad et al (2022) mendapatkan baik laser intensitas rendah maupun tinggi bermanfaat secara signfikan untuk mengurangi nyeri dan kekakuan sendi lutut pada pengapuran, dengan hasil yang lebih baik ditemukan pada laser intensitas tinggi (high-intensity atau high-power laser).
Dengan terapi laser, cahaya dengan panjang gelombang khusus masuk ke dalam sel dan memicu regenerasi tulang rawan serta mengurangi peradangan yang menyebabkan nyeri. Di mana ada nyeri, di situ pasti ada radang. Jadi jika kita mengurangi radangnya, otomatis nyeri juga akan berkurang. Loh, memang pada pengapuran ada radang Dok? Ada, tapi itu nanti saya bahas di artikel lain ya karena akan cukup panjang pembahasannya hehe.
Salah satu keunggulan laser adalah properti regeneratifnya yang lebih baik dibanding terapi lain seperti ultrasound (terapi dengan gelombang suara yang biasanya menggunakan gel, sensasinya seperti ‘diulek-ulek’ di daerah nyeri) sehingga secara klinis hasilnya pun lebih baik secara jangka panjang. Namun, ultrasound biasanya lebih cepat memberikan efek pengurangan nyeri (instant relief) dibanding laser.
Selain itu, kekurangan terapi laser adalah saat terapi belum tentu ada rasa apa-apa pada daerah yang diterapi karena ini bukan terapi panas. Kadang ada cekit-cekit sedikit, tapi tidak selalu, berbeda dengan ultrasound yang biasanya menimbulkan rasa ngilu. Efeknya pun tidak langsung terasa setelah terapi. Untuk pasien yang belum paham, kadang merasa seperti ‘tidak diterapi’, jadi biasanya laser dikombinasikan dengan terapi lain seperti ultrasound agar secara psikologis ada rasa nyaman segera setelah terapi (rahasia perusahaan haha). Sayangnya, tidak banyak RS atau klinik yang memiliki alat laser intensitas tinggi, dan hanya sebagian yang memiliki terapi laser intensitas rendah.
Bapak/Ibu yang pernah fisioterapi mungkin pernah mendapat terapi yang sensasinya seperti disetrum atau dihangatkan. Terapi yang seperti disetrum itu namanya TENS (transcutaneous electrical stimulation), sedangkan yang dihangatkan namanya diatermi. Terapi ini ampuh untuk mengurangi nyeri secara cepat, namun sebenarnya efeknya sementara sehingga di luar negeri sudah banyak ditinggalkan.
Lalu mengapa masih diberikan Dok? Ada beberapa alasan. Pertama, bisa diberikan sebelum latihan agar lebih nyaman saat latihan. Kedua, bisa diberikan jika skala nyeri saat itu memang cukup tinggi. Ketiga, untuk kepuasan psikologis pasien setelah terapi. Loh kok gitu Dok? Iya, karena bagaimanapun juga nyeri itu persepsi. Pada beberapa pasien, jika nyeri tidak cepat berkurang, kepercayaan akan keberhasilan terapi kadang bisa terpengaruh dan akhirnya malas melanjutkan terapi. Namun, saya pribadi sebenarnya aliran yang enggan memberikan TENS atau diatermi pada pengapuran kalau memang tidak benar-benar perlu. Lebih baik saya luangkan waktu lebih untuk edukasi agar pasien mengerti bahwa respon terapi itu tidak instan. Terakhir, sayangnya untuk beberapa daerah terpencil, mungkin memang hanya itu alat terapi yang tersedia. Jadi, daripada tidak ada sama sekali, lebih baik diberikan bukan?
Terapi lain yang cukup baru dan menjanjikan adalah terapi shockwave atau gelombang kejut. Keunggulan dari terapi ini adalah dengan efek regeneratif dan pengurangan nyeri yang cukup baik, frekuensi terapi tidak perlu terlalu sering, bahkan bisa dilakukan hanya 1-2 kali seminggu. Namun, terapi ini cukup nyeri jika diberikan di lutut. Saya pribadi hanya memberikannya di area lutut jika ada kecurigaan cedera di daerah meniskus (bantalan lutut) atau otot sekitar lutut, karena tidak semua pasien bisa menahan nyerinya. Selain itu, studi oleh Mostafa et al (2022) mendapatkan high laser lebih efektif dari shockwave untuk kasus pengapuran lutut kronik.
Nah, itu dia alat-alat terapi yang umum diberikan untuk pengapuran. Tentunya pemakaian alat terapi bukan satu-satunya program terapi untuk pengapuran ya. Latihan penguatan otot dan manajemen berat badan tidak kalah penting (malah justru yang utama), tapi sering dilupakan. Untuk pembahasan lebih detil mengenai latihan apa yang cocok untuk pengapuran, tunggu artikel berikutnya ya!
Referensi:
Ahmad MA, A Hamid MS, Yusof A. Effects of low-level and high-intensity laser therapy as adjunctive to rehabilitation exercise on pain, stiffness and function in knee osteoarthritis: a systematic review and meta-analysis. Physiotherapy. 2022 Mar;114:85-95. doi: 10.1016/j.physio.2021.03.011. Epub 2021 Mar 26. PMID: 34654554.
Mostafa MSEM, Hamada HA, Kadry AM, Zahran SS, Helmy NA. Effect of High-Power Laser Therapy Versus Shock Wave Therapy on Pain and Function in Knee Osteoarthritis Patients: A Randomized Controlled Trial. Photobiomodul Photomed Laser Surg. 2022 Mar;40(3):198-204. doi: 10.1089/photob.2021.0136. Epub 2022 Jan 5. PMID: 34986012.
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Pengapuran Tulang by dr. Febrian