Fisioterapi Jakarta Terdekat
Tips Memilih Tempat Terapi Terbaik
Dengan semakin meningkatnya awareness masyarakat terhadap pentingnya terapi untuk berbagai kasus cedera, jumlah klinik fisioterapi pun meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kota besar seperti Jakarta. Selama ini dari pengalaman saya bertanya pada pasien, ada dua cara utama pasien mencari klinik fisioterapi. Yang pertama adalah dengan googling secara random, misalnya dengan kata kunci “ klinik fisioterapi terdekat ”, “ klinik fisioterapi jakarta ”, atau “klinik fisioterapi terbaik.” Yang kedua adalah dari pengalaman pasien lain yang sudah pernah ke klinik fisioterapi dan mendapatkan hasil yang baik.
Lalu, apakah cara tersebut sudah tepat mencari klinik fisioterapi yang terbaik untuk Bapak/Ibu? Oke, meskipun pasti ada sedikit bias karena saya juga bekerja di klinik, saya akan mencoba secara objektif membuka “rahasia perusahaan” dan memberikan tips pada Bapak/Ibu bagaimana sih cara memilih klinik fisioterapi yang tepat untuk Bapak/Ibu.
1. Kasus Baru atau Lama
Faktor pertama yang paling penting adalah mengenali kasus Bapak/Ibu sendiri. Memilih klinik berdasarkan pengalaman saudara atau teman semata bukan pertimbangan yang baik karena besar kemungkinan kasusnya berbeda. Jika keluhan saat ini adalah keluhan baru, dalam arti baru dirasakan 1-2 minggu, apalagi karena suatu cedera yang jelas mekanismenya seperti keseleo ringan atau terjatuh, maka sebagian besar klinik fisioterapi seharusnya bisa menangani kasus Bapak/Ibu. Klinik yang dekat rumah akan menjadi prioritas karena kemungkinan terapi perlu dilakukan beberapa kali. Fasilitas terapi yang standar seharusnya cukup untuk mengatasi keluhan yang ringan.
Namun, jika keluhan Bapak/Ibu sudah dialami berminggu-minggu atau bahkan bulanan (dalam istilah medis disebut kronik), mendapatkan diagnosis yang tepat adalah prioritas karena biasanya kasus yang dialami sudah lebih kompleks. Tidak masalah jika nanti terapi dilakukan di tempat yang lebih dekat (jika alatnya ada), yang penting diagnosisnya benar terlebih dahulu. Entah sudah berapa kali saya mendapat kasus pasien yang kurang merasakan manfaat dari terapi hanya karena diagnosis yang kurang tepat, bukan karena fasilitasnya yang kurang memadai.
Saran saya carilah klinik yang dengan reputasi tenaga ahli yang sudah cukup terkenal, dalam arti banyak ulasan positif dari tenaga ahli tersebut ya. Jumlah follower klinik BUKAN indikator yang tepat untuk menilai reputasi klinik, karena di era digital ini semua bisa “diusahakan.” Hati-hati juga dalam melihat google review karena beberapa ulasan bisa merupakan bagian dari promosi klinik. Carilah ulasan-ulasan panjang yang terkesan tulus dari pengalaman pribadi dari pasien, meskipun mungkin hanya 1-2 dari puluhan ulasan lainnya.
Jika tidak ada tenaga ahli yang Bapak/Ibu percaya di klinik, bila perlu bisa pergi dulu ke RS dengan dokter spesialis yang terkenal ahli di bidangnya. Kalaupun Bapak/Ibu tidak ingin terapi di RS, atau misalnya ternyata dianjurkan operasi namun Bapak/Ibu tidak mau, tidak masalah jika Bapak/Ibu memutuskan tidak terapi di RS. Tidak perlu takut belum bersedia mengikuti anjuran dokter spesialis jika memang belum siap! Dokter yang baik pasti akan mengembalikan keputusan ke tangan pasien kok setelah menjelaskan pros and cons dari tindakan yang ditawarkan. Saya pribadi termasuk tipe dokter yang selalu menawarkan beberapa opsi terapi dan tidak pernah memaksa pasien memilih satu opsi tertentu. Ingat, keputusan terapi yang diambil TETAP di tangan Bapak/Ibu. Jadi, bisa saja setelah konsultasi awal di RS, terapi dilakukan di klinik. Yang penting, diagnosisnya sudah benar kan?
2. Fasilitas Alat Terapi
Hal kedua yang bisa menjadi pertimbangan adalah fasilitas alat terapi. Perlu Bapak/Ibu tahu, alat terapi standar yang biasanya ada di semua klinik fisioterapi adalah ultrasound, TENS (transcutaneous electrical stimulation), diatermi, infrared, dan terkadang traksi. Namun, dari segi efektivitas, sebenarnya sudah ada alat lain yang lebih efektif untuk mengurangi nyeri dan memicu regenerasi jaringan, yaitu terapi laser dan shockwave. Tidak semua klinik memiliki dua alat ini.
Untuk laser, jenisnya dibagi lagi menjadi dua, yaitu low dan high intensity/level (intensitas rendah dan tinggi). Untuk shockwave, jenisnya pun dibagi lagi menjadi dua, yaitu radial dan focused shockwave. Harga high intensity laser therapy dan focused shockwave jauh lebih mahal dibanding jenis lainnya (hingga ratusan juta). Jika klinik tersebut memiliki alat ini, dapat dipastikan klinik tersebut cukup bonafit dari segi fasilitas.
Lalu apakah kita butuh kedua alat tersebut? Tidak selalu. Terapi laser cocok untuk Bapak/Ibu yang memiliki cedera yang baru saja terjadi, atau kasus yang sudah lama (kronik), namun toleransi nyeri Bapak/Ibu rendah. Terapi laser tidak menimbulkan nyeri, tetapi seminggu butuh setidaknya 2-3 kali terapi untuk mendapatkan hasil yang optimal. Terapi shockwave menimbulkan rasa nyeri yang bervariasi tergantung toleransi pasien, tetapi bisa dilakukan 1-2 kali seminggu sehingga dari segi waktu lebih efisien. Cocok untuk Bapak/Ibu yang tidak punya banyak waktu untuk terapi, tetapi belum mau injeksi/suntik. Informasi mengenai fasilitas alat biasanya bisa Bapak/Ibu dapatkan pada web atau instagram klinik yang bersangkutan.
3. Fasilitas Ultrasonografi (USG)
Poin ini mungkin sedikit bias karena saya terbiasa menggunakan USG. Untuk kasus kronik (sudah lama), apalagi yang sudah mendapatkan terapi di tempat lain dan belum memberikan hasil bermakna, ada baiknya Bapak/Ibu mencari klinik dengan dokter spesialis yang mahir menggunakan USG, baik untuk diagnostik maupun sebagai panduan injeksi.
Mengapa demikian? Meskipun anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah pilar utama penegakkan diagnosis, terkadang pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk memastikan ada tidaknya gangguan struktur.
Sebagai contoh, sering saya temui lutut pasien yang tidak terlihat bengkak dan sudah diterapi beberapa kali, ternyata ditemukan cairan pada sendinya ketika dilakukan USG. Kasus lain misalnya nyeri bahu yang diduga frozen shoulder, ketika di-USG justru ditemukan bursitis (peradangan pada bantalan sendi) atau robekan pada otot rotator cuff. Temuan ini tentu akan mengubah arah terapi, sekaligus menjelaskan mengapa terapi yang sebelumnya belum menyelesaikan masalah.
Terkadang ini bukan berarti tenaga medis yang sebelumnya salah melakukan proses pengambilan diagnosis, tetapi ada beberapa kasus yang memang sulit ditentukan penyebabnya karena gejalanya mirip. USG akan sangat membantu untuk mempertajam diagnosis. Selain itu, jika pada akhirnya perlu dilakukan aspirasi (sedot cairan) atau injeksi, penggunaan USG sebagai panduan akan meningkatkan akurasi injeksi sehingga tepat sasaran dan tidak masuk ke jaringan lain yang tidak kita inginkan. Otomatis, risiko efek samping juga lebih rendah. Jika pada akhirnya tidak dilakukan injeksi pun, lokasi persis sumber nyeri dapat diidentifikasi sehingga lokasi terapi akan lebih akurat.
4. Layanan Unggulan Klinik
Setiap klinik pasti memiliki layanan unggulannya masing-masing. Jika Bapak/Ibu sedang mencari satu jenis terapi spesifik, ada baiknya mencari klinik yang menjadikan layanan yang Bapak/Ibu cari sebagai layanan unggulannya. Sebagai contoh, jika Bapak/Ibu ingin layanan yang cepat untuk nyeri otot, carilah klinik yang menyediakan layanan dry needling (semacam terapi dengan jarum akupuntur dengan teknik yang berbeda dari akupuntur). Tidak semua dokter dan fisioterapis memiliki sertifikasi untuk melakukan tindakan ini. Jika sebuah klinik berani mempromosikan layanan ini di media sosialnya, berarti tenaga medis di dalamnya sudah tersertifikasi untuk melakukannya.
Jika Bapak/Ibu membutuhkan sports massage, misalnya setelah race, pilihlah klinik yang banyak mempromosikan sports massage atau memiliki klien serupa. Teknik massage sangat bervariasi dan bisa dilakukan banyak fisioterapis. Karena banyaknya variasi itulah, penting untuk memilih klinik dengan terapis yang sudah ahli dan berpengalaman melakukan sports massage. Terapis yang ahli tidak hanya memiliki teknik yang baik, tetapi juga tahu kapan harus menolak permintaan massage jika memang tidak sesuai indikasi.
Jika Bapak/Ibu menginginkan terapi yang lebih advanced seperti injeksi regeneratif (proloterapi, secretome, platelet-rich plasma (PRP), stem cell), carilah klinik yang mengerjakannya dengan panduan USG, agar pengerjaannya lebih akurat. Harga untuk injeksi regeneratif ini bervariasi. Sebagai contoh, harga PRP bervariasi mulai dari lima hingga belasan juta, meskipun sebenarnya efektivitasnya tidak terlalu jauh berbeda asalkan mengandung 1-1.5 juta trombosit per mikroliter PRP-nya. Mengingat harganya yang tidak murah, Bapak/Ibu bisa survey terlebih dahulu klinik yang sesuai dengan budget Bapak/Ibu.
Untuk layanan khusus lain seperti hidroterapi atau robotik, tidak sulit memilih klinik yang memiliki layanan ini karena cukup sedikit jumlahnya. Pastikan layanan tersebut adalah unggulan di kliniknya sehingga terapis yang bersangkutan sudah berpengalaman memanfaatkan teknologi yang canggih tersebut. Namun jika domisili Bapak/Ibu terlalu jauh, saran saya jangan dipaksakan karena terapi tersebut dibutuhkan berkali-kali, kecuali jika Bapak/Ibu sudah berencana untuk tinggal di dekat klinik untuk fokus menjalani terapi selama misalnya 1-2 bulan. Khusus untuk hidroterapi, Bapak/Ibu bisa menjalani beberapa sesi saja hidroterapi untuk selanjutnya dilakukan secara mandiri di kolam dekat rumah jika terlalu jauh dari klinik.
5. Masalah asuransi
Poin terakhir ini tidak berhubungan dengan medis, namun tidak bisa dipungkiri penting untuk pasien karena menyangkut pembayaran. Jika Bapak/Ibu berniat untuk reimburse biaya terapi dengan asuransi, usahakan cari klinik fisioterapi dengan dokter spesialis, misalnya Sp.K.F.R. atau Spesialis Rehab Medik. Hal ini karena banyak asuransi yang belum meng-cover biaya fisioterapi di klinik jika tidak ada asesmen dari dokter terlebih dahulu. Sayangnya, untuk saat ini masih sedikit sekali klinik fisioterapi yang bekerja sama dengan BPJS. Jika Bapak/Ibu ingin menggunakan BPJS sebagai jaminan, disarankan untuk menjalani terapi di RS yang bekerja sama dengan BPJS. Bapak/Ibu bisa terlebih dahulu melihat subspesialisasi dokter yang bekerja di RS tersebut serta alat terapi yang tersedia sebelum menentukan pilihan RS yang dituju.
Nah, itu dia poin-poin yang bisa Bapak/Ibu pertimbangkan sebelum menentukan klinik fisioterapi yang cocok untuk keluhan Bapak/Ibu. Kadang mencari klinik juga seperti jodoh, dalam arti “cocok-cocokan,” namun mudah-mudahan poin besar yang saya sampaikan dalam artikel ini bisa membantu Bapak/Ibu menemukan dokter dan terapis yang cocok untuk Bapak/Ibu ya!
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Pengapuran Tulang by dr. Febrian